Rabu, 17 Februari 2016

Resensi Kemi 3



Akhir Perjalanan Sang Tumbal Liberalisme

Judul               : Kemi 3; Tumbal Liberalisme
Penulis             : Adian Husaini
Penerbit           : Gema Insani Press
Ukuran/Tebal : P x L : 18.3 cm x 12 cm / 268 hal
Cetakan           : cet 1-jakarta, gema insani 2015

Novel yang ditulis oleh Adian Husaini ini adalah novel yang sangat berbeda dan tergolong unik, pasalnya beliau dapat mengulas materi yang tergolong berat dengan secara “renyah” dan mudah dimengerti. Penulis mengajak pembaca memasuki dunia islam yang bebas ala “Liberalisme” dengan argumen-argumennya, dan membedah inti kerangka pikir mereka dengan lalu memberi pembenaran terhadap kesalahan yang mereka statementkan
.
Buku Kemi 3 : Tumbal Liberalisme, adalah seri ketiga sekaligus penutup dari trilogy Kemi yang ditulis oleh Adiaan Husaini, yang mengulas secara cerdas kesalahan kerangka berpikir ala kaum Liberal dalam bentuk alur cerita yang dapat dinikmati dan ringan dibaca.

Dalam buku kemi seri ke tiga ini, menceritakan kelanjutan kisah kemi seorang santri yang cerdas dan taat kepada kyainya. Yang kemudian keluar dari pesantrennya untuk kuliah dijakarta. Ditempat kuliahnya ( kampus damai sentosa), Kemi tidak hanya sekedar kuliah tapi juga terlibat dengan jaringan islam liberal. Rahmat yang merupakan  teman dekat kemi, dia menemukan ketidak beresan atas kepergian kemi dan akhirnya dia juga menyusul kemi ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta Rahmad tak menyangka apa yang terjadi kepada sahabatnya ini, bahwa kemi sudah berubah cara pemikirannya menjadi liberal. Bahkan kemipun menantang rahmat dengan pemikiran barunya bahwa ajaran islam yang diajarkan dipesantrennya dulu sudah kuno.

Pergerakan Rahmat dikampus mengancam sindikat gembong liberal yang memanfaatkan kemi untuk menyebarkan paham tersebut. Setelah kemi tak sanggup untuk membendung pergerakan rahmat dan mengajak rahmat untuk bergabung dengan paham barunya dia harus berhadapan dengan Roman si gembong sindikat liberal yang berakir dengan hilang ingatan kemi setelah menerima penyiksaan yang begitu kejam dari Roman dan grombolannya.

Pada akhirnya kemi harus dirawat dirumah sakit jiwa dikarnakan penyiksaan dialaminya tersebut yang membuat dia hilang ingatan. Ditengah tengah perawatannya kemi diculik oleh orang yang tak dikenal kesuatu tempat. Dengan kasus penculikan ini rahmat semakin gesit untuk mencari siapa dalang dibalik pencuikan kemi dan sindikat yang terlibat didalamnya. Dengan bantuan teman temannya, rahmat berjuang untuk mencari keberadaan Kemi.

Dalam buku kemi yang ketiga ini menceritakan bahwa kemi disembunyikan disuatu tempat dan pengobatannya ditangani oleh dokter Rajil, beliau adalah otak dari penculikan kemi dan beliau bertugas untuk memulihkan ingatan Kemi.

Dokter Rajil dalam pengobatannya meminta bantuan kepada paman kemi yang bernama pak Karmi. Beliau adalah guru mengaji waktu kemi sebelum modok dipesantren sekaligus pamannya kemi. Dalam perbincangan doktor Ragil dengan Pak Karmi, beliau meminta agar pak Karmi tidak bertanya hal hal yang tidak penting tentang Kemi dan merahasiakan keadaan Kemi. Walaupun pak Karmi ragu tapi dia terpaksa menyetujuinya dikarenakan beliau ingin bertemu dengan murid kesayangannnya tersebut yang keadaannya sedang tidak baik.” Hitung hitung cari pengalaman” ujar beliau.

Sesampainya ditempat kemi dirawat beliau langsung langsung menemui kemi dan menemani kemi sampai akhirnya kemi sadar kembali dan kemi memeluk pak Karmi dengan mata yang berkaca kaca. Setelah kemi sadar pak Karmi menanyakan kepada Dokter yang berjaga  tentang tindakan apa yang pelu dilakukan selanjutnya. Setelah itu pak Karmi berbincang bincang dengan kemi sambal mencoba memulihkan ingatan kemi secara perlahan. Setelah kesadaran Kemi pulih, kemi meminta pamannya agar segera pulang dan bertemu dengan kyai Rois dan Rahmat karena ada sesuatu yang akan mengancam keselamatan mereka. Pak Karmipun bingung dikarenakan dia sendiri tidak mengetahui dimana dia berada karena tempatnya sangat tertutup. Kemudian dia bertemu dengan Doktor Rajil untuk memberi tahu kabar tentang kemi dan permintaan kemi yang ingin segera pulang dan bertemu dengan Kyai Rois.

Di lain tempat Rahmat, Ahmad Petuah, dokter Nasrul Dan Bejo sedang berdiskusi tentang dimana kemi sebenarnya dibawa. Setelah lama berdiskusi mereka menemukan titik terang siapa dalang dibalik peculikan kemi dan dimana tempat kemi disembunyikan berdasarkan info info yang mereka dapat. Ditengah tengah obrolan rahmat mendapat telpon dari Kyai Rois bahwa kemi sudah balik ke pesantren. Dengan cepatnya Rahmat dan kawan kawan langsung menuju pesantren setelah mendapat berita tersebut.
Sesampainya dirumah pak karmi selalu kawatir dengan keadaan kemi dan selalu mengajak kemi mengobrol untuk menggali ingatannya yang masih hilang dan menanyakan hubungan dia dengan Dokter Rajil.

Setelah turun dari bandara Rahmat dan kawan kawan dijemput langsung dan diajak Kyai Rois ke sebuah hotel untuk mendiskusikan masalah kemi kembali dengan lebih cermat.

Kemi meminta kepada pamannya agar segera mempertmukannya dengan Kyai Rois. Keesokan harinya kemi bertemu dengan Kyai Rois untuk memohon agar diterima kembali dipesantren. Dialogpun terjadi antara Kyai Rois dan Kemi diruang tamu rumah Kyai Rois.

Dikediaman rumah Rajil, dia dan istrinya sedang berdiskusi hebat tentang masalah harta yang didapat Rajil untuk menafkahi istrinya. Tanpa disadari Rajil, pemikiran istrinya jauh diluar dugaan, dia mampu mematahkan logika Rajil padahal istrinya hanya seorang guru matematika tidak lebih. Diakhir diskusi istrinya dapat menyadarkannya bahwa tindakannya itu salah. Setelah diskusi berakhir sekitar dua jam kemudian istrinya menemukan Rajil mati tergeletak diruang tamu dengan kondisi mulut berbusa bercampur darah.

Kyai Rois dan Kemi dating menemui dokter Nasrul untuk mengatasi penyakit yang masih diderita kemi. Sebelum memeriksa kemi mereka dikejutkan dengan berita kematian Dokter Rajil yang penuh misteri. Setelah menonton kemi ditinggal berdua dengan dokter Nasrul untuk menjalankan pemeriksaan. Ditengah tengah pemeriksaan Kyai Rois dan Rahmat dating secara Tergesa gesa dan meminta Kemi dan dokter Nasrul untuk cepat naik ke mobil. Ditengah perjalanan Kyai Rois berhenti sejenak dijembatan dan meninta HP Kemi kemudian membuangnya keluar jendela. Setelah itu mereka langsung bergegas menuju ke pesantren Sabililah untuk berlindung dari kejaran yang diduga komplotan yang akan membahayakan kemi lagi.

Pesantren Sabililah langsung menguatkan keamanannya setelah kedatangan Kyai Rois bersama Kemi dan yang lainnya. Kyai Rois bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi dan meminta kemi untuk beristirahat ditempat yang telah disediakan. Setelah lama bercerita dan berdiskusi Kyai Ikhwan pemilik pesantren Sabililah mengajak Kyai Rois dan yang lainnya untuk melihat keadaan kami. Sejenak kemudian, mereka dikagetkan dengan kondisi Kemi yang sudah tidak bernyawa lagi dengan keadaan mulut berbusa, wajahnya teduh, matanya setengah terbuka.

·         Kelebihan
Kelebihan dari buku ini adalah, penulis dapat menyampaikan materi yang tergolong berat menjadi ringan dan mudah dimengerti, menjadikan masyarakat yang awwam terhadap liberalism memahami dengan mudah isi dan kerangka fikir kaum liberalis, konflik yang diciptakan serta intrik-intrik yang ada didalam nya sangat menarik dan seru untuk diikuti.
Joke-joke yang ada didalam novel ini pun, disampaikan secara segar tanpa melalaikan unsur nilai yang diangkat, sehingga menyajikan humor yang cerdas, pemilihan katanya pun sangat sesuai dengan Bahasa novel, sangat mendidik dan menghibur.

·         Kekurangan
Ada beberapa kata-kata ilmiyah yang jarang diketahui oleh pembaca yang awwam sehingga mengakibatkan pembaca agak sulit memahami secara langsung makna yang dikandung dari kata yang dimaksud, mengharuskan pembaca memahami lebih dalam untuk mengetahui makna kata tersebut. 

·         Kesimpulan
Novel karya Adian Husaini ini memang terlihat dengan materi yang berat, namun secara penulisan dan penyampaiannya ringan dan mudah dipahami, sangat bermanfaat, dan bias menjadi rujukan bagi yang masih bingung dan merasa awwam dengan ajaran dan pola pikir kaum Liberalisme.


0 komentar:

Posting Komentar